Pemburu badai dan ilmuwan terkenal, Tim Samaras, berburu tornado dengan semangat menggebu. Upaya untuk memahami apa yang terjadi di dalam tornado dan di daratan di bawahnya membawanya mengunjungi banyak tempat dan, akhirnya, pada suatu malam, ke jalan pertanian Oklahoma yang berlumpur.
Ladang gandum tampak berpendar menyeramkan dan bergemuruh akibat angin yang menderu. Ladang itu hanya berjarak 3,5 kilometer dari mobil. Dari langit yang hitam pekat, awan corong kembar berputar-putar bak spiral ke bawah. Yang terdengar dalam suara lelaki di rekaman video itu bukanlah rasa takut.
“Ya, Tuhan. Ini akan menjadi tornado yang dahsyat,” katanya. Lelaki itu mengerutkan kening, membelai dagunya. Namanya Tim Samaras, dan sebagian besar masa dewasanya digunakan untuk berburu tornado yang berbahaya. Dia memang terobsesi oleh tornado—sampai-sampai istrinya, Kathy, berkomentar getir bahwa suaminya “berselingkuh dengan alam.”
Perselingkuhan itu terjadi lebih terlambat daripada biasanya pada musim semi ini. Bulan yang dijuluki para pemburu badai sebagai “May Magic” tiba disertai embusan angin vertikal yang dihasilkan angin selatan yang berasal dari udara Teluk Meksiko. Embusan angin yang mengangkat dan terasa sejuk bergerak ke timur sepanjang Pegunungan Rocky, menghasilkan topan badai dan, bersamaan dengan itu, meramaikan kelompok diskusi online para pemburu badai yang gembira ria di seluruh Amerika: Cuaca buruk! Cuaca HEBAT yang sangat buruk!
Pada pagi hari 18 Mei, Samaras mencium Kathy saat hendak berangkat dan memastikan cheeseburger McDonald keberuntungannya—sepotong cheeseburger yang sekarang agak berjamur—telah diletakkan dengan benar di dasbor mobil Cobalt-nya. Lalu, dia dan kedua awaknya—seorang ahli meteorologi berusia 45 tahun bernama Carl Young dan putra Samaras yang berusia 24 tahun, Paul—berangkat ke arah timur dari rumah mereka di Bennett, Colorado, menuju dataran Midwest yang dikenal sebagai Lorong Tornado.
Saat menjelajahi ribuan kilometer selama empat hari berikutnya melintasi Kansas, Oklahoma, dan Texas, Samaras bersama timnya, yang dikenal sebagai TWISTEX, berpapasan dengan sedikitnya 11 tornado. Kemudian, setelah pulang dan menghabiskan empat malam di rumah, Samaras melanjutkan perjalanan. Ia mengendarai sebuah truk yang dilengkapi kamera raksasa berkecepatan tinggi untuk penelitian petir di Kansas—meskipun, seperti yang diakuinya, dia “membawa kendaraan kedua untuk berburu tornado sebagai kegiatan sampingan.”
Dalam rekaman video 31 Mei, Samaras tampak duduk dalam kendaraan kedua itu, sebuah Cobalt. Sang pemburu badai kembali memburu sasaran lainnya. Namun, jelas terlihat bahwa ada sesuatu yang berbeda kali ini. “Tornado ini langsung menuju ke Oklahoma City,” gumamnya.
Tornado itu merupakan gabungan beberapa badai guntur yang tercipta di sepanjang cuaca dingin di atas kawasan Oklahoma pusat pada sore itu. Tepat setelah pukul 18.00, tornado itu akhirnya menjelma di ujung paling selatan badai tersebut, tempat udara terasa paling hangat dan lembap. Sekarang, badai itu menjadi pusaran yang sangat dahsyat. Tornado itu berputar-putar berlawanan jarum jam. Pepohonan di jalur yang dilaluinya bergoyang seolah sedang kesurupan.
BACA JUGA YANG LAIN